Aku bukanlah bintang yang menerangi
gelap malam. Dan bukanlah daun
kering yang berserak ditiup angin.
Aku adalah seorang pengembara yang
sedang menyusuri dan mencari pelangi
di balik kabut hitam. Yang ingin
kujumpai di hujung harapanku adalah lantera jiwa. Obor kehidupan
yang
menerangi setiap langkahku.
Aku adalah tarikan nafas lautan. Aku
adalah airmata langit. Aku
adalah
senyuman bumi. Begitu juga cinta,
adalah tarikan nafas dari lautan
perasaan, airmata langit dan
senyuman dari bumi sang jiwa.
Setiap kali aku letih melangkah, aku
berhenti sejenak untuk sekadar
mencium harummu. Kusandarkan tubuh
ini dan kuselimuti diriku dengan
senandung merdu. Senandung yang juga
dinyanyikan oleh sungai dan
hutan. Saat jiwaku lapar, kusinggahi
rumah di setiap jalan yang ku
lalui. Kuketuk rumah-rumah mereka
dengan loceng-loceng kehidupan. Aku
hendak menyemaikan benih bunga jiwa
yang akan membawa impianku sampai
ke langit dan kuyakini langit akan
memberikan apa yang dinamakan
cinta. Tetapi yang kudapati
rumah-rumah itu telah terisi sepasang
jiwa
yang sejatinya-ingin kucari. Aku tak
ingin memadamkan lentera hati
yang ada dalam sangkar sepasang
merpati putih kerana kutahu
kecantikan
akan bersinar lebih terang dalam
hati orang yang merindukannya
berbanding mata yang melihatnya.
Kucuba rentangkan kembali sayap
patahku, kembali kuterbang lalu
menghilang di balik awan.
Kutinggalkan tanda mata berupa titis darah
dari setiap daun pintu yang kubuka.
Sebagai tanda bahawa aku -si jiwa
kesepian- pernah hadir di sini. Jiwa
yang menghembuskan nafas
kerinduan. Jiwa yang menyenandungkan
kebahagiaan dan nestapa cinta.
Si
pembawa karung kasih bernama
harapan. Dan kuketahui cinta telah
memperlakukan aku seperti matahari
yang menghidupi dan mematikan
padang-padang dengan panas teriknya.
Jiwa menasihatiku dan
mengungkapkan kepadaku bahawa cinta
tidak hanya menghargai orang yang
mencintai tetapi juga orang yang
dicintai. Sejak saat itu, bagiku
cinta ibarat jaring labah-labah di
antara dua bunga yang dekat satu
sama lain. Cinta menjadi lingkaran
cahaya yang tanpa awal dan tanpa
akhir.
Wahai sukma agung yang terdiam bisu,
dalam keheningan malam aku
mendengar suaranya yang amat merdu.
Ketika aku mahu menutup mata ini,
masih kurasakan sentuhan jemarinya
yang lembut di bibirku. Masih
teringat ketika kami berada di
taman, kami duduk di atas sebuah batu
sambil menatap cakerawala yang jauh.
Dia menunjukkan padaku sudut
langit yang berwarna keemasan dan
menyedarkanku akan merdunya
senandung burung-burung sebelum
mereka tidur di malam hari. Dialah
kekasih khayalku yang selalu
menemaniku ke manaku pergi.
Prasasti jiwaku bersaksi dan berkata
: "Kegelapan bisa menyembunyikan
pepohonan dan bunga-bungaan dari
pandangan mata. Tetapi kegelapan
tidak dapat menyembunyikan dirinya
dari jiwaku. Wahai alam raya,
dunia
para penyair yang bermahkota duri!
Aku terlahir dari dunia yang
hilang
dan dalam ketersendirian kuciptakan
kekasih khayalan untuk pasangan
jiwaku. Aku tertawa untuk diriku
atas kemalangan jiwaku. Apakah aku
telah kehilangan bentuk-bentuk
kehidupan sehingga aku merasa lebih
baik melihat dan mendengar dalam
alam impian? Di keheningan malam
yang
dingin, kulepaskan jiwaku agar bisa
menari-nari di awan dan kubiarkan
pula jiwaku bermandikan seribu
bintang.
Aku bermimipi!
Lalu kutemukan diriku di dalam
sebuah perahu kecil , terapung-apung
di
samudera luas tanpa batas. Tiba-tiba
aku memandang ke atas dan
melihat
kekasih hidupku berada sangat dekat
di atasku. Aku bersorak
kegirangan, membentangkan tanganku
dan berteriak: "Mengapa engkau
meninggalkan aku kekasih? Ke mana
saja engkau selama ini? Dekatlah
kepadaku dan jangan pernah lari
meninggalkan aku sendirian!"
Tetapi dia tidak bergerak. Di
wajahnya kulihat tanda-tanda kesedihan
dan kesakitan yang tak pernah aku
lihat sebelumnya. Dengan suara
lembut dan lirih dia berkata:
"Aku datang dari kedalaman samudera
untuk melihatmu sekali lagi. Aku
ingin melihatmu tersenyum untuk
terakhir kali! Kembalilah ke duniamu
dan lupakanlah aku! Ku mohon,
lupakanlah aku!" Kulihat dia
menutup wajah cantiknya yang berderaikan
airmata darah. Setelah mengucapkan
kata-kata itu, dia menghilang ke
dalam gumpalan kabut yang tiba-tiba
datang.
Aku berteriak sekeras-kerasnya
dengan hati kalut aku memanggilnya ke
segala arah.
"Aku mencintaimu. Jangan
tinggalkan aku!" Aku menatap nanar ke segala
penjuru tetapi yang nampak hanya
rintik-rintik hujan, kerlip bintang
yang bertemankan untaian cahaya
lembut sinar rembulan.
Kekasihku, kapan kucuba untuk
mendekatimu lewat ucapan sebagai
peribadi yang utuh tetapi engkau
selalu menjauh dariku dan sulit
kugapai. Tetapi apapun yang terjadi
aku senang bersamamu. kerana
engkau adalah sebuah menara
kekuatan! Aku tak tahu apa yang harus
kulakukan hari ini tanpa engkau.
Walau aku harus mandi dalam kobaran
api, denganmu aku merasa sangat
terlindung dan terjaga.
Aku kembali ke tempat peraduanku,
jiwaku merintih. Aku seperti berada
di perahu yang ganjil! Perahu yang
mudah goyah disapu ombak dan
badai.
Lalu kulihat jasadku terkapar di
tepi pantai. Kulihat sekelompok
gagak
mengelilingiku, menantiku dengan
sabar lepasnya roh dari ragaku!
Jiwaku memelas melihat jasad yang
tak berdaya di depannya kemudian
dengan perlahan-lahan aku
meninggalkannya. Dan kulihat juga di sana,
kulihat kekasihku jiwaku sedang
terpasung dan didera darah menitis
dari kaki dan tangannya dan jatuh
menimpa bunga-bunga yang ada di
bawahnya.
Janganlah menangis kekasihku, cinta
tercipta untuk membuat mata-mata
kita menjadikan kita pelayarannya
agar kita mendapat anugerah
kekuatan
dan ketabahan. Hentikan airmatamu kerana
kita telah mengangkat
sumpah.
Laluku berkata: "Ketika aku
berdiri bagaikan sebuah cermin jernih di
hadapanmu, kamu memandang ke dalam
diriku dan melihat bayanganmu.
Kemudian kamu berkata: "Aku
cinta kamu."
Tetapi sebenarnya kamu mencintai
dirimu dalam diriku.
"Wahai kekasih hati! Hanya
dengan cinta yang indah kita dapat
bertahan
terhadap derita kemiskinan, pahitnya
kesedihan dan duka perpisahan.
Aku tak punya pilihan lain kecuali
berjuang setiap hari sampai
kutemukan harta yang layak
kuserahkan padamu. Harta untuk membantu
kita dalam mengharungi penziarahan
hidup kita. Ketika tangan
kehidupan
terasa berat dan malam tak berirama,
inilah saatnya untuk cinta dan
kepercayaan. Dan betapa menjadi
ringannya tangan kehidupan dan betapa
berirama malam ketika seseorang
mencintai dan mempercayainya. Cinta
adalah cahaya ghaib yang dipancarkan
dari inti yang membakar jiwa dan
menyinari sekeliling bumi. Sehingga
memungkinkan kami merasa hidup
laksana mimpi indah di antara
keterjagaan yang satu dengan
keterjagaan
Wahai kekasih, walau ragaku telah
menyatu dengan tanah, aku akan
sentiasa mengingat cinta pertamaku.
Dan aku akan menggapai kembali
saat-saat yang ganjil itu. Ingatan
yang mengubah dasar perasaanku dan
membuatku sedemikian gembira
meskipun kegetiran terasa dalam misteri.
Ia akan terus hidup laksana seorang
tawanan cinta di seberang laut di
mana ia dikebumikan. Cinta adalah
sesuatu yang dapat kuperoleh serta
tak seorang pun yang dapat
melenyapkannya dariku. Hubungan antara kau
dan aku merupakan hal paling indah
dalam hidupku. Sesuatu yang paling
mengesankan yang pernah kuketahui
dalam hidup dan akan selalu aku
kenang.